Ada Apa Nih? Impor Senjata Indonesia Capai Rp1 Triliun, UEA Jadi Pemasok Terbesar

Ada Apa Nih? Impor Senjata Indonesia Capai Rp1 Triliun, UEA Jadi Pemasok Terbesar
Indonesia masih bergantung pada impor senjata untuk memenuhi kebutuhan pertahanan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari–Juli 2025 nilai impor senjata dan amunisi beserta komponennya mencapai US$65 juta atau sekitar Rp1,06 triliun.
Kategori terbesar adalah senjata militer selain revolver dan pistol dengan nilai US$46,83 juta atau Rp767,35 miliar. Volume impor senjata jenis ini mencapai 99.883 kilogram.
Uni Emirat Arab (UEA) menjadi pemasok utama dengan kontribusi US$25,84 juta, disusul Amerika Serikat US$11,58 juta, Italia US$7,36 juta, dan negara lain sekitar US$2 juta.
BPS: Impor Senjata Indonesia Januari–Juli 2025 Tembus Rp1 Triliun
Selain itu, impor bom, granat, torpedo, ranjau, rudal, serta amunisi perang lainnya tercatat senilai US$17,84 juta atau Rp292,32 miliar dengan volume 25.326 kilogram. Prancis mendominasi pemasok dengan nilai US$12,66 juta, diikuti Republik Ceko US$2,52 juta, Korea Selatan US$1,67 juta, dan negara lain hampir US$1 juta.
Untuk kategori amunisi dan proyektil, termasuk peluru, nilainya relatif kecil yakni US$358 ribu atau sekitar Rp5,8 miliar. Amerika Serikat kembali menjadi pemasok utama dengan kontribusi US$255 ribu, disusul Korea Selatan dan Jepang.
Tren bisnis impor senjata menunjukkan ketergantungan Indonesia pada pasokan luar negeri masih tinggi. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi industri pertahanan dalam negeri agar dapat memperkuat produksi lokal.
Nilai impor senjata Indonesia yang mencapai Rp1 triliun memperlihatkan kebutuhan modernisasi pertahanan yang masih bergantung pada negara lain. Ke depan, penguatan industri pertahanan domestik menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan tersebut.
Demikian informasi seputar impor senjata yang dilakukan oleh Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Samarpratik.Com.